Searching...
19.46

Remaja

http://www.radarbuton.com/photohead/1237429612F2-Sejumlah%20remaja%20putus%20sekolah%20sedang%20nongkrong%20di%20bawah%20pohon,%20di%20Desa%20Kolagana,%20Kelurahan%20Palabusa,%20Kecamatan%20Lealea,%20Kota%20Babau.%20Yuhandri%20H%20(1).JPG  Udah lama gag posting kali ini saya kembali lagi ke dunia maya, atau lebih di kenal dengan dunia tanpa batas. Pada dasarnya saya berpendapat secara objektif namun di sisi lain terkadang ingin berlaku subjektif terhadap segala sesuatu yang saya anggap mesti di bahas.
Kali ini saya akan membahas tentang dunia remaja di perkotaan dan remaja pedesaan. Hal ini saya anggap penting untuk di bahas karena saya menilai bahwa kemerosotan akhlak dan tata cara berperilaku remaja dalam ber masyarakat dewasa ini sudah sangat keterlaluan. Oleh karena itu saya akan mengungkapkan beberapa gejala, akibat dan penyebab dari hal diatas, yang saya utarakan semuanya dalam posting saya kali ini.
  Perbedaan antara remaja desa dan perkotaan terlihat sangat mencolok. Apalagi dalam setiap bahasannya masalah ini sering menyinggung kata “kampungan”, yang terkesan menyudutkan remaja dari pedesaan yang tak mengenal teknologi lebih cepat dibanding para remaja kota yang keitung update dalam mendapatkan berita-berita terbaru. Sayangnya, dalam berperilaku remaja kota sering diidentikan dengan gaya hidup bebas tanpa aturan yang begitu berarti. Berbeda dengan di pedesaan yang sangat mentaati peraturan dan menjaga adat atau budaya yang mereka anut.
Dalam kenakalan remaja, remaja perkotaan mendominasi dalam aspek ini. Karena sarana dan fasilitas dapat menunjang sekali untuk para remaja perkotaan melakukan hal – hal yang dianggap menyimpang. Lain halnya dengan remaja pedesaan, kenakalan sangat jarang di jumpai karena bimbingan dan arahan dari para orang tua lebih tegas dalam mengarahkan anak-anaknya.

  Namun dari massa ke massa sebuah perubahan semakin menjadi-jadi, gesekan demi gesekan menggerakan nurani para remaja pedesaan yang ingin menolak kata “kampungan”. Dengan masuknya teknologi, Internet, Urbanisasi dan lain-lain, membuat para remaja desa sedikit demi sedikit berubah dan menjadi tidak terkendali. Sebagai contoh tindakan kriminal di berbagai daerah dengan remaja sebagai pelakunya kini sudah tidak asing kita temui. Lalu budaya perang antar kampung yang kian merebak dan membudaya sampai ke anak cucu. Entah mengapa hal ini menjadi sangat biasa, enatah mengapa hal ini dibiasakan. Keinginan untuk bertani atau menghijaukan hutan sudah tidak ada lagi, kebanyakan remaja menginginkandirinya menjadi pengusaha kota yang sukses atau menjadi pegawai negeri yang mendapatkan tunjangan di massa tua atau lebih sering disebut pensiunan.
  Internet salah satunya, dewasa ini internet tidak hanya bisa dikunjungi oleh para pegawai kantoran atau orang-orang kaya di perkotaan yang sudah mempunyai seperangkat komputer untuk mengaksesnya, tapi juga para pejabat pedesaan yang hanya bermodalkan sebuah telepon genggam pun kini bisa mengakses nya dengan mudah. Dari mulai mendapatkan berita tentang politik ekonomi, berita para selebritis. Sampai bisa mengakses video porno dan foto-foto telanjang. Apakah ini yang dimaksud dari tujuan pembangunan nasional atau pun pendewasaan masyarakat.
  Namun penerimaan akan sangat bervariasi jika kita mengambil anak muda sebagai sample nya. Karena para remaja di identikkan dengan massa puber yang tidak menjamin mereka bisa memfilter apa yang mereka terima dari dunia luar.
  Semuanya akan kembali kepada kita sebagai para remaja generasi penerus bangsa yang akan menentukan nasib bangsanya kelak.

0 comments:

 
Back to top!